Senin, 25 Oktober 2010

KEMBALIKAN WOTU PADAKU


KEMBALIKAN WOTU PADAKU
Oleh: Nawawi Sangkilat
A. PENDAHULUAN
Sebagai mana diketahui, pulau Sulawesi adalah salah satu pulau terbesar di gugusan kepulauan nusantara. Nama Sulawesi juga telah menjadi misteri tentang siapa yang pada awalnya memberikan nama pulau ini menjadi pulau Sulawesi. Akan tetapi besar dugaan bahwa orang yang bersejarah memberikan nama pulau ini sebagai Sulawesi yaitu Prof. Moh. Yamin sebagai ganti dari nama yang sebelumnya yaitu Celebes yang dikenal pada zaman pemerintahan Hindia Belanda.

Monumen Lalambate Tarantajo

Monumen Perjuangan Rakyat Wotu
Namun sayang waktu kampanye Pemilu Legislatif dihinggapi banyak spanduk kampanye.

Puisi “Aku” oleh Khairil Anwar dalam Bahasa Wotu


yau..
anu na ratte me wattu’u
edo u melo la garu i ito’e
edo dua iyyo..
billi mutangi.. billi mukarra..
yau olokolo..
pole sipuluanna
ibana..
mui peluru la ana uli’u..
yau edo tomangi..
bakke’u ubawa cere’
cere..’ hinggaa lanyya massa manggitu’e..
anu yau edo “peduli lagi”
mello’u tuo sansou pe taung..
Puisi khairil anwar dalam bahasa wotu yang berjudul aku
Sebuah wall facebook saya yang diangkat sepupu saya aRuL
Entah bahasanya itu sudah sesuai atau belum, grammarnya sudah tepat atau belum, yang jelas saya cuman ingin menampilkan dan merekam bahasa ibu saya.

Sinopsis Tari Sumajo Luwu

OLEH M.AMIN WAHID
Pemain Sunajo ini ,dimainkan minimal tiga orang dan boleh lebih sesuai dengan kebutuhan tetapi jumlahnya harus ganjil. Yang boleh menjadi pemain sumajo adalah mereka yang turunannya berasal dari para pemangku adapt/ yang pernah menjadi pemangku hadat ( TOMENGKENI). Sebelum mereka tampil (sumajo) maka mereka disiapkan pada suatu tempat dengan posisi sebagai berikut:
-          Duduk sambil kaki kiri diduduki,
-          Kaki kanan (lutut) berdiri,
-          Kedua belah tangan mereka kepada bahagian depan dengan kepalan tangan,
-          Mereka duduk bersaf.
Setelah melihat para pemain Kajangki datang yang diikuti dengan komando tabuh/gong,maka secara serentak mereka berdiri sambil menganggukkan kepala pertanda bahwa mereka sudah siap untuk tampil. Sesudah itu mereka berjalan dengan posisi berbanjar dan diikuti oleh pemain kajangki. Setelah tiba tempat dimana mereka akan mempertunjukan Tarian Sumajo, maka pihak penari Sumajo menyusun posisi mereka, sedang para pemain kajangki berada setengah lingkaran, suatu pertanda bahwa penari Sumajo perlu dilindungi. Namun sebelum penari Sumajo muncul dihadapan mereka ada duduk dewan hakim minimal tiga orang yang terdiri dari:

Sinopsis Tarian Kajangki Luwu

LATAR BELAKANG
Ware (Pusat Kerajaan) Luwu yang Pertama yaitu pada abad ke IX sampai abad ke XIII, pusat kerajaan pada saat itu masih disekitar Wotu, tepatnya di wilayah Bilassalamoa (Kebun Dewata). Kajangki Luwu, yang merupakan tarian asli Luwu sebagaimana yang tercantum dalam sure La Galigo yang berjudul Mulaitoe yang berbunyi:
=  Kajangki ri Luwu,
=  Masengo-sengo ri Mengkoka dan
=  Mabbadong ri Toraja.
II.   ARTI
Kajangki Luwu berarti “Kemenangan Luwu” maka jelas bahwa kajangki Luwu menggambarkan dan mengisahkan kemenangan yang dicapai di medan perang.
III. PEMENTASAN
Kajangki Luwu dapat dipentaskan.

Kajangki dan Sumajo, Tarian Asli Luwu

Pengantar Oleh : Nawawi S. Kilat
Berawal akan ketertarikan saya ketika semasa kuliah di Universitas Indonesia, tempat dimana kami dahulu sempat ditempa dalam penguasaan ilmu pengetahuan, saya kagum dan, ada rasa iri melihat teman-teman saya dengan tekun belajar Javanologi dan Sundalogi.Hal ini mengingatkan akan masa kecil saya di kampung, belajar banyak tentang La Galigo dari Pua Kannu dan kakak saya Alwi Azis dan Amin Wahid. Sudah menjadi kebiasaan saya bila pulang berlibur  di kampung halaman, saya selalu menyempatkan diri menemui Bapak Prof Zainal Abidin Farid di kota Makassar, kami sering berbincang cukup lama pada setiap kesempatan, beliau sangat senang karena masih ada orang seperti saya yang punya kepedulian tentang hal ini, dan berpesan jangan berhenti belajar , walaupun sebenarnya disiplin ilmu saya bukanlah pada bidang ini, tetapi walaupun demikian saya punya perhatian besar Masih teringat dalam ingatan saya ketika salah seorang guru sejarah kami mengajarkan tentang seni tari, dan beliau menyatakan bahwa tarian Pa’jaga berasal dari Luwu, sempat saya membantahnya bahwa itu tidaklah benar, tetapi tarian asli Luwu adalah Kajangki dan Sumajo, akan tetapi pada akhirnya saya mengalah ketika beliau menyatakan bahwa kalau ada pertunjukan kesenian di Istana Luwu tidak pernah kita melihat adanya tarian kajangki tetapi yang ada adalah tarian Pa’jaga. Sebagai murid yang masih sangat lugu saya tidak bisa membantahlagi dan untuk mementara menerimanya sebagai suatu kebenaran.
Penasaran akan hal ini

TOMANURUNG TANA LUWU.

SEBAGIAN orang kadang mengungkapkan bahwa, To Manurung sering diartikan sebagai turunan dari kayangan dan ditakdirkan untuk memerintah manusia dimuka bumi. Tidak sedikit orang mengungkapkan bahwa To Manurung itu bukanlah manusia sejarah, atau hanya merupakan mitos belaka, akan tetapi penulis lontara dan para petutur di zanan luwu purba di Wotu ketika itu masih terletak disekitar ussu dan bilassa lamoa (kebun dewata) mengungkapkan bahwa raja pertama disebut To Manuru , hal ini disebabkan oleh karena tidak diketahui darimana kedatangannya demikian pula menghilangnya. Jadi sebenarnya oleh masyarakatnya dia dianggap sebagai manusia surgawi atau wija polamoa ( berbeda dengan tradisi-tradisi jawa) tetapi diakui sebagai orang yang datang dan mempunyai kepintaran dan keahlian. Seorang To Manurung (orang Asing) kadang diangkat sebagai raja (belum tentu raja pertama) oleh karena beberapa alasan antara lain:

a, Mungkin sebagai daerah bawahan dari suatu kerajaan yang lebih besar.
b. Karena kehebatan dari pribadi sang pendatang.
c. Karena alasan politik untuk mempersatukan wilayah.

Dapat disimpulkan bahwa nama ToManurung adalah sebenarnya gelaran yang diberikan kemudian oleh turunan dan masyarakatmya pada seorang tokoh sejarah dari suatu kerajaan yang kadangkala di mitoskan sebagai turunan dari kayangan..Pada umumnya orang sulawesi utamanya orang Luwu mempunyai silsilah baik tertulis maupun tidak yang dihapalkan secara turun temurun.Biasanya pada pertemuan-pertemuan keluarga atau antar keluarga, unpamanya dalam peristiwa peminangan atau pesta-pesta, ungkapan silsilah saling dicocokan kembali oleh para pengatur masyarakat atau para ahli silsilah. Dengan cara-cara ini kebenaran silsilah dapat dipertahankan. Disamping itu silsilah-silsilah masih terdapat cerita-cerita rakyat yang disebut Sinrilli atau Tolo. Kedua duanya adalah cerita-cerita kepahlawanan dan peperangan yang pernah terjadi. Sinrilli dan tolo adalah cerita fakta manusiawi yang bebas dari campur tangan tokoh-tokoh kayangan.

Sekilas Tentang Pemerintahan Hadat Wotu

(Klik di tengah Untuk Memperbesar)
KATA “Luwu” masih banyak yang memberikan penafsiran yang berbeda satu dengan yang lain, ada yang mengartikan berasal dari kata ULO atau berarti “diulurkan” maksudnya payung atau raja dan perangkatnya yang pertama di ulurkan atau diturunkan dari kayangan ( Botting Langi ).Akan tetapi bagi orang Wotu kata “LUWU’’ berasal dari kata “LUO” yang berarti sangat luas. Luwu dari zaman dahulu kala kendati masih dalam indikatif menampak diri sebagai sebuah negara, walaupun kenyataannya Luwu belumlah nampak eksis sebagai sebuah tipe “negara” setingkat kedatuan ( Kingdom), namun kenyataannya tradisi-tradisi oral sedemikian kuat pada kelompok-kelompok masyarakat yang berkaitan dengan konsep kepemimpinan traditional seperti Macoa di Wotu dan Makole di Baebunta. Tradisi-tradisi kepemimpinan tradisional ini dapat memberikan kepada kita ide untuk menganggapnya sebagai sebuah indikator keberadaan elit-elit politik setingkat chiefdom, kepala-kepala suku domain atau beberapa unit pemukiman yang tunduk dibawah seorang raja yang biasa bergelar Payung atau Datu di Ware (Mappasanda dan Hafid,1992/3:25-26) Wotu sebagai sebuah Masyarakat adat,memiliki struktur pemerintahan sendiri yang pembagian tugasnya sedemikian maju. 

Istana Batara Guru

ISTANA bagi sebuah kerajaan adalah tempatnya berdiam Datu ( Raja ) dan para kerabat-kerabatnya,lokasi atau tempat didirikannya, menjadi pusat pemerintahan atau dikenal sebagai Ware di Kerajaan Luwu, sebagai mana halnya Istana Datu Luwu yang sekarang ada di Palopo merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Luwu (Ware pada periode ke V) yaitu sesudah dipindahkan dari periode Pao,Patimang Malangke (Ware ke IV).Istana Datu Luwu yang ada di Kota Palopo sekarang merupakan istana yang terakhir. Jika diketahui, sebagai Istana yang terakhir, maka tentu ada istana-istana sebelumnya yang menyadi pusat pemerintahan Kerajaan Luwu ( Ware ). Yang menjadi masalah, hal ini kadang diabaikan yaitu dimana Istana Datu atau Kerajaan Luwu yang Pertama, tempat dimana didiami oleh Batara Guru,sebagai sokoguru pemerintahan Datu Luwu. Menurut tradisi,dan dipercayai banyak pihak, Luwu dianggap sebagai daerah tertua bagi pemukiman dan merupakan kerajaan yang tertua khususnya di Sulawesi, hal itu menyebabkan daerah ini sangatlah bergengsi. Ketuaan Luwu tidak dapat dilihat pada periode ke III ketika Pusat Kerajaan Luwu berpusat di Kamanre di tepi Sungai Noling ( Palopo Selatan atau Kabupaten Luwu sekarang) karena hal tersebut terjadi sekitar abad ke XV,atau ketika pusat kerajaan Luwu berada di Pao,Patimang Malangke karena hal itu juga terjadi pada sekitar abad ke XVI, apalagi jika hal tersebut dilihat ketika pusat kerajaan Luwu berpusat di Palopo karena hal itu baru terjadi ketika memasuki abad ke XVII. Ketuan Luwu hanya dapat dilihat ketika kerajaan Luwu berpusat di sekitar Wotu lama karena hal tersebut terjadi disekitar abad ke IX sampai abad ke XIII yaitu pada masa kerajaan Luwu pada periode Ware yang pertama

WOTU DARI KACAMATA SEORANG ANAK KECIL

WOTU, sebagai komunitas dan sebagai pemukiman secara administratif berada di Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur atau berjarak sekitar 513 km dari kota Makassar ibukota provinsi Sulawesi Selatan. Penduduk traditional yang mendiami terdiri dari dua etnik besar yaitu Wotu dan orang Bugis,disamping etnik lain seperti Makassar, jawa ,lombok ,sunda dan bali, yang merupakan pendatang yang bermukim disana.Aktivitas ekonomi bergerak dibidang pertanian,perikanan dan perdangangan.Didalam pergaulan masyarakatnya, berlaku dua bahasa pengantar yaitu bahasa Wotu yang dituturkan oleh orang Wotu Asli dan bahasa Bugis. Bahasa Wotu merupakan grup linguistic,Muna-Buton(Sirk:1986 dan Salombe;1986) dan Kaili Sulawesi Tengah.

Dahulu kala bahasa Wotu alat komunikasi pada sebahagian daerah Sulawesi Selatan pada sepanjang pesisir Teluk Bone dan sebagian Sulawesi Tengah,dan sekitar Buton Tenggara. Bahasa Wotu menurut Petras(ibid) adalah salah satu bahasa asli daerah Luwu dan penuturnya adalah merupakan pewaris budaya Luwu yang sesungguhnya. Demikian pula dalam struktur hirarkhi Kerajaan Luwu , yang kadang kala ada sekelompok golongan ingin mengaburkan atau menghilangkan sejarah ini, yang lebih ironis justru dari kelompok generasi Luwu pada periode-periode akhir, mereka tidak menyadari bahwa Wotu bukan merupakan palili (vassal) tetapi merupakan Domain yang menghubungkan kekuasaan Luwu dengan yang lain dengan Lembah Poso yang mendiami tanah Datu,