Kamis, 04 November 2010

Mengatasi Demam Berdarah Dengan Produk 100% Herbal

Demam berdarah (Dengue) merupakan demam yang disebabkan oleh infeksi virus dengue yang ditularkan lewat nyamuk Aedes. Dimana nyamuk ini biasanya dapat hidup berkembang biak pada daerah yang tergenang air bersih, seperti air hujan, jambangan bunga, bak mandi, ember dan talang air.

Demam ini dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa dan dapat menyebabkan pendarahan hebat sampai kematian.

Gejalanya : 
Panas tinggi, ingusan, batuk, mata merah, sakit kepala, sakit disekitar mata, dan tulang belakang serta seluruh persendian.
Diare, kulit memerah, depresi, mual/muntah, dan jika sudah parah dapat menyebabkan gusi berdarah, mimisan dan keluar bercak merah pada kulit.

Perbedaan Panggilan “Daeng” dalam Kebudayaan Luwu dan Makassar

sumber gambar klik disini
Panggilan “daeng” sempat mencuat ke permukaan ketika salah seorang anggota Pansus Century, Ruhut Sitompul, memanggil mantan wakil presiden Jusuf Kalla dengan panggilan “Daeng” dalam salah satu sesi sidang yang menghadirkan Jusuf Kalla. Tindakan Ruhut Sitompul ini sontak menuai kritikan dari anggota Pansus lain yang juga berasal dari Sulawesi Selatan. Lalu apakah Ruhut salah dalam menggunakan panggilan “Daeng”? Untuk penjelasannya silakan merujuk ke tulisan bughisy

Panggilan “daeng” yang banyak dikenal orang identik dengan kebudayaan Bugis-Makassar. Padahal, di Sulawesi Selatan, panggilan “Daeng” setidaknya digunakan pada dua kebudayaan dengan arti dan makna yang berbeda. Pada kebudayaan Bugis-Makassar, panggilan “Daeng” memiliki arti sebagaimana yang telah diadopsi orang banyak (baca tulisan bughisy), namun pada kebudayaan orang Luwu/Palopo, panggilan “Daeng” memiliki beberapa arti yang tidak bisa dikatakan sama.

Arti "Daeng" Dalam Kebudayaan Bugis

Tindakan anggota Pansus Century dari Partai Demokrat Ruhut Sitompul memanggil mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) dengan sebutan 'Daeng' menuai kritikan. Tindakan politisi yang juga pemain sinetron itu dinilai meledek.

Kota Daeng, siapa yang tak kenal julukan ini. Julukan ini disematkan kepada kota Makassar, ibukota Sulawesi Selatan dan sekaligus sebagai pintu gerbang Indonesia bagian timur. Namun saya yakin masih banyak kaskusers yang belum paham tentang makna “Daeng” itu sendiri, utamanya orang-orang yang berasal dari luar pulau Sulawesi.

Pada dasarnya dulu di Makassar terdiri atas 4 stratafikasi sosial yaitu:
1. Kare: Ulama atau Tokoh Religi
2. Karaeng: Raja atau Bangsawan
3. Daeng: Kalangan pengusaha, shah bandar
4. Ata : Budak

sangat mirip dengan stratafikasi di Bali atau peradaban hindu.yaitu: brahma, ksatria, waisaya dan sudera

Gelar “DAENG” pada hakikatnya tidak didapatkan begitu saja melainkan mengandung makna yang beragam. maknanya antara lain: