Senin, 25 Oktober 2010

Kajangki dan Sumajo, Tarian Asli Luwu

Pengantar Oleh : Nawawi S. Kilat
Berawal akan ketertarikan saya ketika semasa kuliah di Universitas Indonesia, tempat dimana kami dahulu sempat ditempa dalam penguasaan ilmu pengetahuan, saya kagum dan, ada rasa iri melihat teman-teman saya dengan tekun belajar Javanologi dan Sundalogi.Hal ini mengingatkan akan masa kecil saya di kampung, belajar banyak tentang La Galigo dari Pua Kannu dan kakak saya Alwi Azis dan Amin Wahid. Sudah menjadi kebiasaan saya bila pulang berlibur  di kampung halaman, saya selalu menyempatkan diri menemui Bapak Prof Zainal Abidin Farid di kota Makassar, kami sering berbincang cukup lama pada setiap kesempatan, beliau sangat senang karena masih ada orang seperti saya yang punya kepedulian tentang hal ini, dan berpesan jangan berhenti belajar , walaupun sebenarnya disiplin ilmu saya bukanlah pada bidang ini, tetapi walaupun demikian saya punya perhatian besar Masih teringat dalam ingatan saya ketika salah seorang guru sejarah kami mengajarkan tentang seni tari, dan beliau menyatakan bahwa tarian Pa’jaga berasal dari Luwu, sempat saya membantahnya bahwa itu tidaklah benar, tetapi tarian asli Luwu adalah Kajangki dan Sumajo, akan tetapi pada akhirnya saya mengalah ketika beliau menyatakan bahwa kalau ada pertunjukan kesenian di Istana Luwu tidak pernah kita melihat adanya tarian kajangki tetapi yang ada adalah tarian Pa’jaga. Sebagai murid yang masih sangat lugu saya tidak bisa membantahlagi dan untuk mementara menerimanya sebagai suatu kebenaran.
Penasaran akan hal ini
maka suatu ketika saya bersua dengan kakak saya Alwi Azis dan mempertanyakan hal ini kepada beliu, ternyata pendapat saya beberapa tahun yang lalu justru menurut beliau adalah yang betul dengan mengeluarkan dalil sebagai berikut, dalam buku Mulataue yang merupakan salah satu seri epos La Galigo disebutkan “ Kajangki ri Luwu, Masengo-sengo ri Mengkoka dan Mabbadong ri Toraja. Jadi menurut beliau tidak pernah diketemukan bahwa Pa’Jaga dari Luwu, justru tari pa’jaga ini lebih banyak dipengaruhi dari Makassar atau Goa.Jikalaupun kita mau menerima bahwa tarian pa,jaga dari Luwu dapat saja dibenarka karena hal itu terjadi pada Luwu di era modern (abad IX dan XX) tetapi pada era awal atau pertengahan fase pemerintahan Kerajaan Luwu hal itu tidak diketemukan.
Dalam rangka melestarikan kebudayaan nasional khususnya kebudayaan Luwu maka kami berusaha menampilkan synopsis tari kajangki dan sumajo dari Luwu berdasar dua buah tulisan tentang hal yang sama dari kakanda Almarhum Alwi Aziz yang beliau tulis di palopo bulan Desember 1986 dan Amin Wahid.
Wassalam.
Palu. 28 Juni 2009,
NAWAWI.S.KILAT

2 komentar:

  1. bisajadi, sumajo dan kajangki ini masuk dalam kategori pa'jaga.. konon, pajaga itu ada 12 macam. dia merupakan suatu alur cerita kehidupan, mulai dari sebelum lahir, proses persalinan, kanak-kanak, remaja, dewasa dan mati. ke-12 pajaga inilah yang terrbagi-bagi dalam setiap babakan kehidupan itu. nah sekarang, konon yg baru diidentifikasi itu belum cukup 10 pajaga. masih ada beberapa pajaga yg hingga kini dicari eksistensinya... makanya saya berkira-kira, bisajadi kajangki dan sumajo masuk menjadi salahsatu episode pajaga itu... ini hanya opini pribadi tanpa data-data akurat...hehe

    BalasHapus
  2. dalam buku Mulataue yang merupakan salah satu seri epos La Galigo disebutkan “ Kajangki ri Luwu, Masengo-sengo ri Mengkoka dan Mabbadong ri Toraja. Jadi menurut beliau tidak pernah diketemukan bahwa Pa’Jaga dari Luwu, justru tari pa’jaga ini lebih banyak dipengaruhi dari Makassar atau Goa.Jikalaupun kita mau menerima bahwa tarian pa,jaga dari Luwu dapat saja dibenarka karena hal itu terjadi pada Luwu di era modern (abad IX dan XX) tetapi pada era awal atau pertengahan fase pemerintahan Kerajaan Luwu hal itu tidak diketemukan.

    BalasHapus