Senin, 25 Oktober 2010

Sinopsis Tari Sumajo Luwu

OLEH M.AMIN WAHID
Pemain Sunajo ini ,dimainkan minimal tiga orang dan boleh lebih sesuai dengan kebutuhan tetapi jumlahnya harus ganjil. Yang boleh menjadi pemain sumajo adalah mereka yang turunannya berasal dari para pemangku adapt/ yang pernah menjadi pemangku hadat ( TOMENGKENI). Sebelum mereka tampil (sumajo) maka mereka disiapkan pada suatu tempat dengan posisi sebagai berikut:
-          Duduk sambil kaki kiri diduduki,
-          Kaki kanan (lutut) berdiri,
-          Kedua belah tangan mereka kepada bahagian depan dengan kepalan tangan,
-          Mereka duduk bersaf.
Setelah melihat para pemain Kajangki datang yang diikuti dengan komando tabuh/gong,maka secara serentak mereka berdiri sambil menganggukkan kepala pertanda bahwa mereka sudah siap untuk tampil. Sesudah itu mereka berjalan dengan posisi berbanjar dan diikuti oleh pemain kajangki. Setelah tiba tempat dimana mereka akan mempertunjukan Tarian Sumajo, maka pihak penari Sumajo menyusun posisi mereka, sedang para pemain kajangki berada setengah lingkaran, suatu pertanda bahwa penari Sumajo perlu dilindungi. Namun sebelum penari Sumajo muncul dihadapan mereka ada duduk dewan hakim minimal tiga orang yang terdiri dari:

-          MACOA BAWALIPU,
-          MINCARA OGE,
-          ANRE GURU OLITAU/ AND.NANRA.
Setelah pertunjukan Sumajo usai, dengan perintah tubuh mereka kembali ketempat semula, yang diantar oleh pemain Kajangki, dan setelah mereka tiba ditempat, maka pemain kajangki kembali duduk disekitar Dewan Hakim. Dan setelah mereka duduk, Macoa Bawalipu menyampaikan titahnya sebagi berikut:
TAMAKA RANNU PADA MUITAO MOMBORE,   YAKIYA DAA SEDDE KEDO KEDONA SALAH SAITOMU,KEDO KEDO PISA LAWADDI LAITA TOMATABBA, JAJIMAKOKKONI HARUSU MARO MO EJA EJA.
Pada saat Macoa Bawalipu menyampaikan titahnya tersebut maka sarung yang ada ditangannya yang disebut Cinde, dilemparkanlah kepada yang berbuat kesalahan tadi. Setelah yang bersangkutan menerima Cinde tersebut maka dengan rasa ragu dan takut menghadaplah dia ke Dewan Hakim untuk meminta maaf, akan tetapi Dewan Hakim tidak menerimanya, justru yang bersangkutan melakukan Eja-Eja. Eja-Eja adalah merupakan pantun jenaka, dan tidak terikat dengan bahasa, malah kalau pelakonnya bergerak lucu, maka itulah yang sangat diharapkan karena dapt membuat penonton tertawa. Bila yang bersangkutan selesai melakukan eja-eja maka cinde yang ada pada tangannya dapat diberikan kepada siapa saja yang dikehendakinya terkecuali kepada pejabat pemerintah/pemangku hadat dan wanita. Dan apabila yang tersebut juga diberikan maka permainan/tarian dianggap selesai, dan cinde kembali diserahkan kembali kepada Macoa Bawalipu. Cinde adalah selembar kain sarung panjang yang tidak terjahit seperti sarung biasa yang dipegang oleh pemain Eja-Eja pada saat kena giliran. Adapun alat kelengkapan Tarian Sumajo:
    1. Baju Bodo panjang (Baju laru ) warna merah,
    2. Sarung sutra warna putih,
    3. Selendang Warna putih
  1. Memakai sanggul tinggi.
SEKELUMIT NYANYIAN KAJANGKI.
LIPU BULLI NU AMBARO MPORO,
PANGALLE AWAU PANGALLE TO RUMPAU,
IYOBA PO LEMBANGKU,
PANGANA WONRU TUU ITA PANA LIPU,
IYAPO LADI PENNEYA ANANAPO MARAJA,
MO EMBA PATOLA.
Wotu,  Januari 2009.
M.Amin Wahid.Tomalatta.

Tulisan asli klik disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar