Sabtu, 09 Oktober 2010

MLM…..? Why not!


Jangan melihat sesuatu hanya dari lubang kunci, karena hanya sebatas itu saja yang kita lihat. Berbeda jika kita membuka pintunya kemudian masuk ke dalamnya. Mereka yang menganggap Negatif tentang MLM sesungguhnya karena mereka hanyalah orang-orang yang tertutup, tidak mau membuka diri dan hanya melihat dari sudut pandang “menurutnya” saja. Padahal banyak orang-orang yang memiliki pendidikan tinggi malah terjun ke dunia MLM atau orang-orang yang sudah memiliki posisi bagus di suatu perusahaan malah meninggalkan pekerjaannya dan serius menjalankan usaha MLM. Kenapa? Karena mereka MEMBUKA PINTU DAN MELIHAT ISI DI DALAMNYA.

Konsep utama dari Network Marketing adalah mereferensikan orang lain untuk menggunakan produk yang sudah dia pakai, jika dia sudah merasa cocok dengan produknya. Ini adalah hal yang wajar, ketika kita makan di satu tempat, dan ternyata puas dengan makanan dan pelayanannya, maka tanpa harus disuruh kita akan mempromosikan tempat makan tadi kepada orang lain. Bedanya, restoran tersebut tidak membayar kita padahal kita sudah mempromosikan tempatnya. Sedangkan di MLM asli, kita akan dibayar karena mereferensikan produknya.
Konsep marketing kini sudah berubah. Ternyata cara promosi yang paling efektif adalah Mulut lewat Mulut. Yaitu promosi yang dilakukan oleh seorang pemakai yang merasa puas. Oleh karena itu, perusahaan sekarang harus mencoba membangkitkan promotor-promotor model ini dengan membangun suatu komunitas. Makanya tidak heran banyak club-club pengguna produk yang didukung penuh oleh produsen, semisal club otomotif, club macintsoh, club ipaq, dll.
Di MLM motivasi seseorang mempromosikan dan mereferensikan tidak hanya karena puas dengan produknya, tapi karena juga dia merasa terhormat dengan komisi yang diberikan oleh perusahaan. Akhirnya menawarkan kesempatan untuk memperoleh komisi juga kepada orang lain
Konsep yang kedua dari MLM adalah pemotongan jalur distribusi yang panjang ditambah dengan biaya iklan. Kita semua tahu, bahwa biaya distribusi dan iklan bisa mencapai 70% lebih. Termasuk di dalamnya biaya konsultan. Jalur distribusi yang mahal tadi dan hanya dinikmati oleh segelintir pengusaha bermodal kuat dipotong di konsep MLM, tapi tidak dihilangkan, namun diberikan kepada para distributornya. Makanya jangan heran kalau pelaku MLM yang berhasil bisa memperoleh income sangat besar dibandingkan dengan karyawan biasa.
MLM murni jelas sangat berbeda dengan MLM abang-abang atau yang biasa disebut dengan Money Game, sejenis pula dengan arisan berantai. Di MLM murni tidak ada uang yang hilang, karena uang pendaftaran adalah satu keharusan yang ditetapkan oleh asosiasi MLM dunia. Sebagai ganti uang pendaftaran, distributor MLM akan memperoleh starter kit yang berisi buku panduan dan perlengkapan lainnya, senilai uang pendaftaran tersebut. Sedangkan ketika distributor tersebut memutuskan untuk membeli produk, baik untuk dipakai sendiri atau pun mau dijual lagi sudah tentu tidak ada uang yang hilang, karena telah tertukar dalam bentuk produk.
Ada yang bilang “Uang yang masuk ke kantong elit pemenang berasal dari pendaftaran para pecundang”, hal ini menunjukkan bahwa orang ini sama sekali tidak mengerti konsep MLM murni alias Network Marketing, tidak bisa membedakannya dengan money game. Kalau money game penghasilan yang mengajak memang berasal dari uang pendaftaran di bawahnya. Model money game kalau perlu tidak perlu ada barang yang dijual, kalau pun ada bentuk produknya hanya sebagai kamuflase. Sedangkan di MLM asli, yang mengajak tidak pernah memperoleh uang sepeserpun dari pendaftaran anggota, dia hanya akan memperoleh komisi jika yang diajak bergabung membeli produk atau menjual produknya.
Di MLM komisi tidak dibagikan dari uang pendaftaran yang masuk. Komisi di MLM diperoleh dari berapa besar omset yang terjadi di jaringan. Seberapa banyak pun anggota yang masuk, jika tidak ada omset penjualan, maka tidak pernah ada komisi yang dibagikan. Masuk ke MLM bukanlah investasi. Mungkin orang ini melihat money game yang uang pendaftarannya saja 2 juta rupiah, sekian US$, dalam jumlah yang cukup besar, dimana pelaku money game ini selalu menyebutkan dengan istilah investasi. Di money game, orang paling atas adalah yang paling enak. Tapi tidak di MLM asli, banyak terbukti orang yang pertama kali bergabung tidak memperoleh apa-apa karena hanya berharap ongkang-ongkang kaki saja, sedangkan orang di bawahnya karena memang kerja keras memperoleh penghasilan. MLM asli juga tidak mengajarkan bahwa MLM adalah cara cepat untuk jadi kaya, tetapi kenyataanya hari ini banyak distributor MLM  yang memperoleh penghasilan ratusan juta rupiah hanya dalam jangka waktu 3 tahun. Mengalahkan bisnis konvensional manapun kecuali bisnis narkoba and esek-esek.
Konsep network marketing memang akan menjadi salah satu cara pendistribusian produk. Sadar atau tidak, perusahaan sekaliber Citibank, HSBC saja juga menerapkan konsep network marketing, yaitu untuk pemasaran kartu kreditnya. Kita sebagai pemegang kartu kreditnya diberi kesempatan untuk mereferensikan teman-teman untuk apply kartu kredit, dengan imbalan setiap aplikasi yang disetujui akan mendapatkan point yang bisa ditukarkan dengan barang. Cuma…, karena tidak digembar-gemborkan saja makanya banyak yang tidak sadar.
Hampir semua distributor MLM memang menawarkan kesempatan memperoleh penghasilan, yang oleh orang-orang negatif dan berpikiran sempit pasti diartikan materialistis. Padahal apakah berdosa kita jika berusaha untuk hidup kaya? Hampir semua nabi-nabi kita memang dalam kategori kaya. Nabi Muhammad juga seorang pebisnis yang kaya raya, jika tidak bagaimana mungkin dia menikahi Siti Khadijah dengan maskawin puluhan ekor unta.
Menjadi kaya adalah pilihan, dan karena orang kaya jumlahnya jauh lebih sedikit, maka orang-orang miskin yang negatif akan selalu bilang orang kaya materialistis. Padahal semua tahu dan menyadari bahwa hampir 90% keinginan kita di dunia ini harus diwujudkan dengan uang. Tsunami di Aceh tidak cukup dengan hanya mengucapkan bela sungkawa, tidak cukup hanya dengan doa, tapi butuh hal yang lebih nyata yaitu biaya yang tidak sedikit untuk membantu mereka. Kaya adalah pilihan, silakan memilih untuk menjadi pemberi zakat atau penerima zakat? Apakah hanya berdiam diri saja melihat anak-anak jalanan atau bangun yayasan untuk membantu mereka? Berapa banyak yayasan anak-anak yatim piatu, panti jompo, yang hidupnya kembang kempis karena tidak banyak donatur? Tuhan pun lebih menyukai orang kaya yang dermawan dibandingkan dengan orang miskin tapi tidak pernah berderma, dan hanya mengkambinghitamkan nasib yang dia peroleh, tanpa mau mengubah nasibnya. Ada istilah, tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah, atau tangan memberi lebih baik daripada menerima. Sekali lagi uang memang bukan segala-galanya. Tetapi memiliki banyak uang jauh lebih memudahkan urusan hidup. Dan untuk sukses dalam MLM diperlukan kerja keras. Yang mudah adalah caranya, yang susah adalah mengalahkan ego kita yang memang dasarnya malas, pengen enak tapi ga mau kerja. Bisnis MLM tidak ada bedanya dengan bisnis konvensional.
Di MLM kita memang harus saling mendukung. Kita baru berhasil jika kita berhasil mensukseskan orang di bawah kita. Artinya dunia MLM sangat suportif. Beda dengan bisnis konvensional, saling sikut, bersaing. Persaingan satu-satunya di MLM adalah persaingan dalam mengalahkan gengsi.
MLM bukan pilihan terbaik, baik atau tidak tergantung orangnya. Seperti halnya jika Anda mempunyai pisau, akan menjadi baik jika kita menggunakannya untuk menyembelih ayam, atau memotong sayuran misalnya, tapi kalau mentalnya jahat, bisa dipakai untuk membunuh orang. MLM adalah salah satu cara, salah satu pilihan bagi orang untuk memiliki bisnis, menghasilkan income. Tidak ada bedanya dengan profesi, ada dokter, ada pengacara, ada pedagang, ada pengamen. Semuanya terserah pada anda untuk memilih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar